Adapun beberapa tata cara mengenakan keris Versi Yogyakarta tersebut adalah:
- Klabang pipitan,cara mengenakan keris paling populer di Jogjakarta ketika sedang siaga, di surakarta disebut ngogleng
- Ngogleng, ketika seseorang ingin menonjolkan dirinya di depan umum, di Solo disebut ngogleng methit
- Lele Sinundukan atau satriyo keplayu, cara ini dilakukan ketika melalukan aktivitas yang membutuhkan banyak gerak
- Munyuk Ngilo, dikenakan para pengelana
- Mangking, dilakukan ketika sedang naik kuda
- Netep, dikenakan dalam posisi berdiri dan melakukan banyak aktivitas
- Nyothe kiwa, dilakukan pada saat siaga atau genting di Solo dikenal dengan nama kempitan kiwa
- Kewalan, dilakukan oleh para parajurit yang bersenjatakan pedang dan para penari kelana
- Nganggar, dilakukan para prajurit yang membawa senjata sambil mengenakan keris
Adapun beberapa tata cara mengenakan keris Versi Surakarta tersebut adalah: :
- Turut Bokong, yaitu yang dilakukan abdi dalem gandek ketika menyerahkan sesuatu pada yang berpangkat atau bangsawan
- Kureban, biasa dipakai para prajurit infantri yang memanggul senjata sambil mengenkan keris
- Kempitan tengan, cara memakai untuk melindungi kerisnya
- Kempitan kiwa untuk keadaan waspada di dalam suasana perang atau derah yang kurang aman
- Nganggar yaitu disandang di paha kiri, cara ini dilakukan bila seseorang ingin mengenkan keris lebih dari satu keris
- Ngogleng, yaitu dikenakan ketika sedang berjalan jongkok, cara menggunakan ngogleng ada tiga yaitu ngogleng, ngogleng tanggung, ngogleng methit
- Kewalan, dipakai pada saat menunggang kuda prajurit penunggang kuda
- Nyothe ngajeng, cara mengenakan para rohaniawan atau ulama
- Nyothe wingking, dilakukan para pembesar ketika sedang menunggang kuda
- Nyothe methit, dilakukan para petinggi keraton hendak duduk bersila menghadap raja.