Thursday, July 21, 2011

Tangguh Keris


Tangguh secara harfiah berarti perkiraan. Dalam dunia perkerisan di pulau Jawa tangguh meliputi perkiraan mengenai zaman pembuatan atau gaya pembuatan. Jadi jika seorang mengatakan bahwa sebilah keris tangguh Majapahit, itu berarti bahwa keris itu diperkirakan buatan ...zaman Kerajaan Majapahit.


Definisi lain tangguh adalah perkiraan gaya kedaerahan, atau zaman dibuatnya sebilah keris atau tombak, yang dijabarkan dari pasikutannya, pengamatan jenis besinya, pamor dan bajanya. Yang dimaksud pasikutan adalah kesan selintas atas gaya garapan sebuah keris. Misalnya keris tangguh Majapahit dapat diartikan: (1) dibuat dengan gaya (model) Majapahit, (2) dibuat oleh empu dari Majapahit.


Ada sementara pecinta keris yang mengartikan tangguh sebagai asal-usul. Namun pengertian seperti ini kurang meyakinkan karena ternyata ada beberapa empu yang hidupnya berpindah-pindah, misalnya dari Pajajaran ke Tuban lalu ke Majapahit.


Penyebutan nama tangguh keris terasa kabur karena dalam budaya keris juga dikenal kebiasaan mutrani atau pembuatan duplikat. Khusus untuk keris-keris putran (duplikat), penyebutan nama tangguh menjadi kacau, maka untuk keris-keris demikian lalu disebut yasan, artinya buatan. Misalnya keris A merupakan duplikat keris B. Keris A buatan Surakarta, sedangkan keris B tangguh Tuban. Maka keris A disebut tangguh Tuban yasan Surakarta.


Karena itu, jika seseorang keliru dalam menangguh sebuah keris, ia tidak akan terlalu dipersalahkan karena tangguh hanyalah sebuah perkiraan. Ilmu tangguh mempelajari cara menentukan perkiraan tentang zaman apa sebuah keris atau tosan aji lain dibuat, berdasarkan tanda-tanda tertentu. Ahli keris yang sering tepat dalam memperkirakan tangguh sebilah keris atau tombak biasanya disebut ahli tangguh. Dengan mengamati tanda-tandanya seorang ahli tangguh terkadang dapat memastikan tangguh sebilah keris. Jika tangguhnya pasti, biasanya disebut tangguh lempoh.


Serat Centhini yang oleh sebagian besar pencinta keris dianggap sebagai sumber tertulis yang menjadi panutan, tidak mengkaitkan soal tangguh dengan sesuatu zaman. Tentang hal ini, Bambang Harsrinuksmo dalam naskahnya Budaya Keris (manuskrip tahun 1996) antara lain menulis: bilamana maksud para penulis Serat Centhini memang bukan mengaitkan soal tangguh dengan zaman pembuatan, berarti seorang empu yang hidup pada masa kini pun boleh menyebut keris buatannya sebagai keris tangguh Majapahit. Dalam naskahnya itu Bambang Harsrinuskmo menyimpulkan, tangguh seharusnya memang dikaitkan dengan zaman pembuatan, sekaligus perkiraan umur keris itu. Ia berpendapat, walaupun Serat Centhini menjadi salah satu panutan, belum tentu segala uraian yang dimuat dalam karya agung itu pasti benar.


Tangguh keris yang dikenal masyarakat perkerisan di Pulau Jawa adalah:

  1. Tangguh Segaluh, mempunyai pasikutan kaku tetapi luruh. Besinya berkesan kering, warna hitam pucat kehijauan. Pamornya kelem. Panjang bilahnya ada yang panjang, ada pula yang pendek. Gandiknya maju kedepan sehingga ganjanya selalu panjang.
  2. Tangguh Pajajaran, pasikutannya kaku dan kasar, besinya cenderung ‘kering’, keputih-putihan, pemunculan pamornya tidak direncanakan. Menancapnya pamor pada bilah keris pandes (kokoh, dalam) dan halus. Pamor itu tergolong nggajih.
  3. Tangguh Kahuripan, pasikutannya hambar, kurang semu. Warna besinya agak kehitaman, biasanya berpamor sanak, tetapi ada juga yang mubyar. Ganjanya agak tinggi, tetapi tidak begitu lebar. Ukuran panjang bilahnya sedang, luk-nya tidak merata, makin keujung makin rapat. Ada kalanya keris tangguh Kahuripan berganja iras, namun banyak juga yang tidak.
  4. Tangguh Jenggala, pasikutannya luwes, birawa. Besinya agak kehitaman, berpamor lumer pandes tetapi ada pula yang mubyar. Ukuran panjang bilahnya agak berlebihan dibanding tangguh lainnya, demikian juga lebar bilahnya, terutama di bagian sor-soran. Luknya luwes merata, Sirah cecak pada ganja berbentuk lonjong memanjang.
  5. Tangguh Singasari, pasikutannya kaku dan wingit. Bilahnya berukuran sedang; ujungnya tak begitu runcing. Warna besinya abu-abu kehitaman, nyabak (bagaikan batu tulis). Menancapnya pamor pada permukaan bilah lumer dan pandes. Penampilan pamor itu biasanya lembut dan suram (kelem). Gandik-nya berukuran sedang, agak miring. Sirah cecak pada ganja bentuknya lonjong memanjang.
  6. Tangguh Majapahit, pasikutannya agak wingit dan prigel, besinya lumer (halus rabaannya) dan berkesan ‘kering’; warnanya agak biru. Menancapnya pamor pada bilah pandes lan ngawat (kokoh serupa kawat), sebagian pamor itu mrambut. Panjang bilahnya berukuran sedang, makin ke ujung makin ramping sehingga berkesan runcing. Luknya tidak begitu rapat. Gandiknya miring dan agak pendek.
  7. Tangguh Madura, dalam dunia perkerisan dibagi dua, yakni Madura Tua yang sejaman dengan Majapahit dan Madura Muda yang sejaman dengan Mataram Amangkurat. Keris tangguh Madura Tua pasikutannya demes, serasi, seimbang, menyenangkan). Besinya berkesan kering seperti kurang wasuhan, warnanya hitam pucat. Pamornya nggajih dan nyekrak, kasar rabaannya. Panjang bilahnya tidak merata; ada yang panjang, ada yang sedang, ada yang agak pendek. Ganjanya sebit ron tal, sirah cecaknya pendek. Keris tangguh Madura Muda pasikutannya galak. Besinya berkesan kering; seperti kurang wasuhan. Warnanya hitam agak abu-abu; kadar bajanya kurang. Pamornya mubyar dan nyekrak. Gandik-nya miring, ganjanya sebit ron tal, sirah cecaknya pendek.
  8. Tangguh Blambangan mempunyai pasikutan demes. Besinya keputihan dan berkesan demes, serasi. Pamornya, biasanya nggajih dan menancap ke permukaan secara pandes. Bilah keris tangguh Blambangan berukuran sedang, ujungnya tidak terlalu meruncing. Gandiknya pendek dan miring; ganjanya sebit ron tal; sedangkan sirah cicaknya pendek.
  9. Tangguh Sedayu, pasikutannya demes, serasi, harmonis. Panjang bilahnya sedang, berkesan ramping, luk-nya juga luwes. Besinya matang tempaan, berkesan basah, hitam kebiruan. Pamornya bersahaja, mrambut, dan seolah mengambang pada bilahnya. Ganjanya tergolong sebit ron tal, sirah cicaknya agak pendek.
  10. Tangguh Tuban, pasikutannya sedang, panjang bilahnya sedang, agak lebar, agak tebal, luknya renggang dan dangkal. Besinya hitam; kadar bajanya banyak dan berkesan kering. Pamornya kelem dan pandes. Gandiknya agak pendek. Bentuk sirah cecak pada ganjanya membulat, besar tapi pendek. Sogokannya panjang.
  11. Tangguh Sendang, walaupun garapannya rapi, pasikutannya wagu, kurang harmonis, kurang serasi. Bilahnya kecil ramping dan agak pendek. Besinya matang tempaan, kehitamaan dan berkesan basah. Pamornya sederhana dan berkesan mengambang.
  12. Tangguh Pengging, pasikutannya sedang ramping, garapannya rapi, Jika keris luk, luknya rengkol sekali. Besinya hitam, berkesan basah. Pamornya bersahaja, lumer pandes. Gulu melednya panjang.
  13. Tangguh Demak, mempunyai pasikutan yang wingit. Bilahnya berukuran sedang; besinya hitam kebiru-biruan dan berkesan basah. Pamornya tergolong kelem dan berkesan mengambang. Ganjanya tipis. Sirah cicaknya pendek.
  14. Tangguh Pajang, pasikutannya kemba, besinya odol dan garingsing. Pamornya sawetu-wetune; tidak direka dan tidak dirancang. Kembang kacangnya besar, lebar dan kokoh.
  15. Tangguh Madiun, pasikutannya kemba. Besinya berkesan basah. Pamornya sedikit tapi lumer dan pandes. Bilah tebal, biasanya nglimpa, konturnya agak mbembeng.
  16. Tangguh Koripan, pasikutannya kemba, tanpa semu (hambar). Besinya garingsing (kehitaman dan berkesan kering); pamornya berkesan adeg, jenis pamornya sanak.
  17. Tangguh Mataram, ada tiga macam, masing-masing mempunyai ciri tersendiri. Pertama, Mataram Senopaten; pasikutannya prigel, sereg; besinya hitam kebiruan. Pamornya pandes lan ngawat. Kedua, Mataram Sultan Agung: pasikutannya demes (serasi, menyenangkan, tampan, enak dilihat), besinya mentah, pamornya mubyar. Ketiga Mataram Amangkuratan: pasikutannya galak, birawa, besinya mentah, pamornya kemambang. Tangguh Amangkuratan biasaya juga disebut Tangguh Kartasura.
  18. Tangguh Cirebon, mempunyai pasikutan yang wingit. Bilahnya berukuran sedang, tipis, jarang yang memakai ada-ada; besinya hitam kecoklatan dan berkesan kering. Pamornya tergolong kelem dan berkesan mengambang. Ganjanya tipis dan sirah cecaknya pendek.
  19. Tangguh Surakarta pasikutan-nya demes dan gagah (serasi, menyenangkan, tampan, gagah), birawa. Besinya mentah; pamornya mubyar, ganjanya memakai tungkakan.
  20. Tangguh Yogyakarta agak mirip dengan tangguh Majapahit. Pasikutannya wingit dan prigel. Besinya lumer (halus rabaannya) dan berkesan ‘kering’, warnanya agak biru. Menancapnya pamor pada bilah pandes lan ngawat (kokoh dan serupa kawat), sebagian pamor itu mrambut. Panjang bilahnya berukuran sedang, makin ke atas makin ramping hingga berkesan meruncing. Luknya tidak begitu rapat, Gandiknya miring dan agak pendek.

Keris Buda dan tangguh Kabudan, walaupun dikenal masyarakat luas, tidak dimasukan ke dalam buku-buku yang memuat soal tangguh. Mungkin, karena dapur keris yang dianggap masuk dalam tangguh Kabudan hanya sedikit, hanya dua yakni Jalak Buda dan Betok Buda.


[Sumber: Bambang Harsrinuksmo, Ensiklopedi Keris, Gramedia, 2008, hlm. 459-463]