Pangeran Wijayakusuma adalah salah seorang Penasihat dan Panglima Perang pada masa kejayaan Pangeran Jayakarta, yang berjuang dan berperang melawan Belanda (VOC) di Batavia sekitar abad ke 17. Pada masanya, ia dikenal sebagai seorang ulama yang disegani.
Dalam bahasa Jawa, Wijaya berarti Kemenangan dan Kusuma artinya Kembang. Jadi Wijaya Kusuma artinya Kembang Kemenangan.
Riwayat Pangeran Wijaya Kusuma, seperti dikutip dari Kompas Cyiber (22 Juni 2007), diakui masih samar. Menurut Muhamad Syafei, Kasub Dinas Kebudayaan Jak-Bar, Pangeran Wijaya adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Jawa Tengah. Konon, Pangeran Wijaya hijrah ke Jayakarta setelah Kadilangu yang ketika itu di bawah Kerajaan Demak, diserang Senopati (Kakek Sultan Agung Hanyokrokusumo), pemimpin cikal bakal Kerajaan Mataram.
Ditambahkannya lagi, Pangeran Wijaya dihormati karena pandai dan bijak memompa semangat warga melawan kolonialisme VOC. Nasihat-nasihatnya yang berlandaskan nilai agama, dianggap selalu bernas menyalakan kembali semangat warga yang putus asa karena terus ditindas. ”Kepada warga dan Pangeran Jayakarta, beliau selalu mengingatkan agar teguh berprinsip, ’VOC hanya boleh hidup di dalam benteng, bukan di luar benteng,” ujar Syafei.
Tetapi setelah VOC merambah pedalaman Angke dan menyisir kantong-kantong gerilyawan pada tahun 1684, nasihat Pangeran Wijayakusuma seperti hilang, menguap. Lebih-lebih setelah Jayakarta Wijayakarma dipanggil kembali ke Kerajaan Banten.
Makam Pangeran Wijaya didirikan pada abad ke 17. Menurut keterangan, makam ini dahulu terletak diantara kolam-kolam dengan nisan berupa batu. Komplek makam ini sekarang terawat rapi, dan dikelilingi pagar dan pohon peneduh. Arsitektur makamnya bergaya melayu Islam. Pertama kali dipugar oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta pada tanggal 22 Juni 1968, terakhir dipugar kembali oleh Walikotamadya Jakarta Barat pada tanggal 28 Juli 1989. Dan pada tahun 2003, makam Pangeran Wijayakusuma ini diperbaiki. Namun, setelah itu Pemprov DKI Jakarta kurang memperhatikan kondisi area makam ini.
Dalam bahasa Jawa, Wijaya berarti Kemenangan dan Kusuma artinya Kembang. Jadi Wijaya Kusuma artinya Kembang Kemenangan.
Riwayat Pangeran Wijaya Kusuma, seperti dikutip dari Kompas Cyiber (22 Juni 2007), diakui masih samar. Menurut Muhamad Syafei, Kasub Dinas Kebudayaan Jak-Bar, Pangeran Wijaya adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Jawa Tengah. Konon, Pangeran Wijaya hijrah ke Jayakarta setelah Kadilangu yang ketika itu di bawah Kerajaan Demak, diserang Senopati (Kakek Sultan Agung Hanyokrokusumo), pemimpin cikal bakal Kerajaan Mataram.
Ditambahkannya lagi, Pangeran Wijaya dihormati karena pandai dan bijak memompa semangat warga melawan kolonialisme VOC. Nasihat-nasihatnya yang berlandaskan nilai agama, dianggap selalu bernas menyalakan kembali semangat warga yang putus asa karena terus ditindas. ”Kepada warga dan Pangeran Jayakarta, beliau selalu mengingatkan agar teguh berprinsip, ’VOC hanya boleh hidup di dalam benteng, bukan di luar benteng,” ujar Syafei.
Tetapi setelah VOC merambah pedalaman Angke dan menyisir kantong-kantong gerilyawan pada tahun 1684, nasihat Pangeran Wijayakusuma seperti hilang, menguap. Lebih-lebih setelah Jayakarta Wijayakarma dipanggil kembali ke Kerajaan Banten.
Makam Pangeran Wijaya didirikan pada abad ke 17. Menurut keterangan, makam ini dahulu terletak diantara kolam-kolam dengan nisan berupa batu. Komplek makam ini sekarang terawat rapi, dan dikelilingi pagar dan pohon peneduh. Arsitektur makamnya bergaya melayu Islam. Pertama kali dipugar oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta pada tanggal 22 Juni 1968, terakhir dipugar kembali oleh Walikotamadya Jakarta Barat pada tanggal 28 Juli 1989. Dan pada tahun 2003, makam Pangeran Wijayakusuma ini diperbaiki. Namun, setelah itu Pemprov DKI Jakarta kurang memperhatikan kondisi area makam ini.
Categories:
The Journey